Popular Posts
Jangan Sampai Salah! Inilah 4 Fakta Dasar Tipe Kepribadian MBTI yang Wajib Kamu Pahami
- Get link
- X
- Other Apps
- Get link
- X
- Other Apps
Labels
10 Pergumulan Batin Ini Cuma Dirasakan oleh Kamu yang Ambivert
Kadang
ekstrovert yang senang sosialisasi. Kadang introvert yang suka dengan privasi. Tenang! Kamu tidak labil, kok.
“Tau ga? Ternyata
si A itu orangnya suka gaul, lho. Pinter ngomong dan terbuka. Berarti dia itu
ekstrovert, ya.”
“Masa? Kalau
menurutku malah dia itu introvert. Orangnya agak diem. Senengnya di rumah
doang. Suka privasi, deh, pokoknya.”
Hingga saat ini, banyak tulisan yang telah mengulas tentang dua
kutub kepribadian ini: ekstrovert dan introvert. Dua istilah klasifikasi
kepribadian ini pertama kali dipopulerkan oleh Carl Jung. Pengukuran kepribadian ini seringkali dilakukan secara kaku.
Mereka yang suka bergaul masuk ke dalam kutub ekstrovert. Dan mereka yang
senang menyendiri masuk ke dalam kutub introvert. Titik. Tanpa koma.
Padahal sesungguhnya, pengukuran ekstrovert-introvert itu
seperti sebuah spektrum. Kalau diibaratkan, si ekstrovert berada di sebelah
kanan dan si introvert berada di sebelah kiri. Lalu, bagaimana dengan mereka
yang berada di antara kedua kutub tersebut? Mereka yang masuk ke dalam zona
tengah ini dikenal dengan sebutan ambivert, seperti yang dibahas dalam The
Wall Street Journal.
Nah, si ambivert ini seringkali terlupakan. Di saat banyak orang
mendiskusikan si ekstrovert dan si introvert, mereka yang ambivert merasa
bingung. Karena mereka tidak merasa benar-benar ekstrovert dan tidak sepenuhnya
introvert. Banyak dari mereka, para ambivert, mengalami pergumulan batin
seperti yang terpapar di bawah ini.
1. Kamu merasa nyaman berada di
tengah kerumunan orang yang ramai. Tapi, kamu cenderung hanya mengamati dan
tidak melakukan interaksi.
Tempat ramai? Tak masalah via http://silviakusada.wordpress.com
Mereka
yang introvert biasanya akan merasa tidak nyaman dan membuat barikade pengaman
jika harus berada di tengah sebuah kerumunan. Sedangkan kamu, sama seperti
ekstrovert, tidak merasa gelisah bila harus berada di suatu tempat yang dipadati
oleh khalayak ramai. Hanya saja, kalau orang ekstrovert biasanya menikmati
situasi tersebut dengan memulai percakapan dengan orang baru. Kamu justru
menikmatinya dengan hanya sekadar mengamati sekitarmu saja. Kamu, sama seperti
introvert, tidak berinisiatif untuk melakukan interaksi terlebih dahulu.
2. Kamu
bisa merasa lelah setelah banyak bersosialisasi. Dan juga merasa gerah bila
terlalu lama menyendiri.
Recharge baterai via http://psychologyguideonline.com
Orang ekstrovert
akan merasa hidup dan bersemangat apabila mereka bertemu dan berkomunikasi
dengan orang lain. Dan akan merasa sangat suntuk jika mereka hanya berdiam diri
sendirian. Sebaliknya, orang introvert justru mendapatkan energinya dari
kesendirian dimana mereka bisa asyik bergelut dengan pikiran mereka sendiri.
Kamu yang ambivert, berdiri di antara
keduanya. Kamu akan merasa jengah bila terlalu lama sendirian. Karena kamu juga
membutuhkan adanya komunikasi dengan orang lain. Tapi, bersosialisasi dengan
orang lain dalam kurun waktu yang lama juga bisa membuatmu merasa lelah dan
kehabisan energi. Kalau kamu sudah merasa seperti ini, berarti sudah waktunya
bagimu untuk kembali ke duniamu sendiri dan mengecas ulang bateraimu yang sudah
hampir mati.
3. Kepribadianmu
bisa berubah tergantung dengan siapa kamu bicara.
Kepribadian yang fleksibel via http://www.hollycassandra.com
Orang ambivert
itu fleksibel. Kamu mampu menggeser kepribadianmu sesuai dengan siapa kamu
bertukar kata. Kalau kamu sedang berbicara dengan si ekstrovert, maka kamu akan
lebih berperan sebagai lawan bicara yang introvert. Kamu akan membiarkan mereka
bercerita dan kamu akan lebih mendengarkan dengan setia.
Sedangkan jika kamu berhadapan dengan si
introvert, maka kamu akan melakoni si pribadi yang ekstrovert. Kamu akan
mengambil posisi yang lebih banyak berbicara, sementara mereka akan duduk manis
dan menyediakan telinga. Dalam peran yang manapun, kamu si ambivert tidak akan
merasa janggal.
4. Kamu
bisa berkompromi dengan pembicaraan ringan dan basa-basi. Namun, kamu akan lebih tertarik
ketika terlibat dalam percakapan yang mendalam dan spesifik.
Deep conversation via http://www.realbuzz.com
Kamu yang
ambivert tidak merasa malas meladeni sebuah pembicaraan kecil dan ringan, yang
mungkin hanyalah sebuah basa-basi. Apa yang sedang terjadi di dalam dunia musik
sekarang ini? Apa drama Korea yang lagi hits akhir-akhir ini? Kamu bisa
ikut berbincang dan menikmati soal semua itu.
Tapi, kamu akan merasa jauh lebih bersemangat
ketika percakapan tersebut mulai merujuk pada sebuah topik yang spesifik. Topik
yang lebih mendalam dan sesuai dengan minatmu. Kamu lebih tertarik pada
percakapan yang berbau filosofi. Sebuah percakapan yang membahas tentang
kehidupan. Orang ambivert itu, seperti si introvert, biasanya adalah seorang deep
conversationalist.
5. Dalam sebuah komunikasi, kamu tak
selalu diam dan tak senantiasa bersuara. Kamu hanya menunggu waktu yang tepat
saja.
Komunikasi perlu keseimbangan via http://picturespider.com
Kamu
tidak selalu diam seperti si introvert. Tapi, tidak juga senantiasa bersuara
seperti si ekstrovert. Orang ambivert umumnya intuitif. Jadi kamu, si ambivert,
tahu kapan saatnya harus angkat bicara dan kapan saatnya harus diam dan
mendengarkan. Kamu akan melakukan keduanya secara bergantian di waktu yang
tepat.
6. Bagimu,
berkenalan dengan orang
baru itu boleh-boleh saja. Berada di tempat baru juga baik-baik saja. Tapi, berkenalan
dengan orang baru di tempat yang baru itu baru luar biasa.
Berkenalan secara familiar via http://vizag.cityurb.com
Kamu
itu seperti si ekstrovert yang suka dengan suasana baru. Tapi, juga seperti si
introvert yang butuh sesuatu yang familiar. Makanya ketika kamu ingin pergi ke
suatu tempat yang baru, kamu akan lebih suka pergi dengan orang yang sudah kamu
kenal. Dan jika kamu harus berkenalan dengan orang baru, kamu akan memilih
untuk bertemu di tempat yang kamu sudah akrab. Berkenalan dengan orang baru di
tempat yang baru akan terasa berlebihan dan membuatmu merasa kurang nyaman.
7. Kamu agak sulit memilih
rencana akhir pekan. Pergi ke sebuah pesta mewah atau bergelut sendiri di
rumah. Di antara keduanya, tidak ada masalah.
Rencana akhir pekan via http://www.stevenaitchison.co.uk
Sekali lagi,
kamu bisa menjadi si ekstrovert yang terangsang oleh stimulasi dari luar. Dan
juga bisa menjadi si introvert yang terangsang oleh stimulasi dari dalam. Jadi
untuk urusan memutuskan rencana di akhir pekan, kamu akan merasa cukup
kesulitan.
Pergi bersosialisasi ke luar atau
bermalas-malasan di rumah, kamu suka dengan dua-duanya. Jadi ujung-ujungnya,
kamu biasanya akan memutuskan berdasarkan pada mood yang sedang kamu
rasakan. Tapi biasanya kalau kamu ingin pergi, kamu akan melontarkan pertanyaan
ini: “Nanti yang datang ada siapa
saja?”
8. Kadang kamu terlihat ambigu.
Bergaul dengan mereka yang ekstrovert dan menepi bersama mereka yang introvert.
Kamu bisa menyesuaikan diri.
Berbaur dengan segala tipe via http://elitedaily.com
Kamu
bisa berbaur dengan para introvert dalam sebuah klub pecinta buku. Kamu juga
begitu leluasa bercengkerama dengan para ekstrovert dari jurusan ilmu
komunikasi. Kamu para ambivert mampu beradaptasi dengan mudahnya di setiap
komunitas. Bukannya tidak konsisten, melainkan kamu bisa memahami masing-masing
dari mereka. Jadi, tidak heran kalau teman-temanmu tidak hanya terpaku pada
salah satu kubu.
9. Soal
pekerjaan, kamu juga tidak begitu ambil pusing. Buat kamu, pengerjaan proyek
secara berkelompok atau individu itu tidak ada bedanya.
Pengerjaan proyek via http://cobaltpm.com
Para
ambivert tidak memiliki preferensi tersendiri mengenai cara penyelesaian sebuah
proyek. Kalau orang ekstrovert biasanya lebih memilih untuk mengerjakannya
secara berkelompok. Sedangkan orang introvert cenderung lebih suka untuk
menyelesaikannya secara individu. Tapi buat kamu yang ambivert, dua opsi ini
tidak memberikan dampak yang berbeda. Bukannya bersikap apatis. Tapi, berkelompok
ataupun individu, kamu tetap dapat mengerjakannya secara optimal.
10. Kesimpulan dari semua itu,
kamu bingung menentukan apakah kamu termasuk ekstrovert atau introvert. Karena sesungguhnya,
kamu memang dua-duanya.
Jadi, ekstrovert atau introvert? via http://in5d.com
Ini merupakan pergumulan
batin yang paling signifikan. Kamu, dan juga teman-temanmu, bingung menentukan
apakah kamu ekstrovert atau introvert. Kamu mempunyai kualitas si ekstrovert.
Tapi, kamu juga memiliki ciri-ciri si introvert. Kadang kamu menjadi si ekstrovert
yang senang sosialisasi. Kadang kamu adalah si introvert yang suka dengan
privasi. Tenang saja! Kamu tidak labil, kok. Karena kamu memang dua-duanya.
Kamu = si ambivert
Meskipun berada
di antara dua ‘label’ kepribadian dan kadang terlihat ambigu, seorang ambivert
tetap mempunyai keunggulan. Berdasarkan Journal of Psychological Science,
penelitian yang dilakukan oleh Adam Grant menyimpulkan bahwa
orang-orang ambivert merupakan sales people yang handal dan sukses.
Jadi untuk
urusan jual-menjual, kamu para ambivert terbukti mempunyai keahlian yang lebih
mumpuni dibandingkan mereka yang ekstrovert dan introvert. Karena kamu yang
ambivert tahu pentingnya keseimbangan antara berbicara dan mendengarkan. Kamu
paham dengan benar kapan harus maju dan melakukan persuasi, serta kapan harus
berhenti dan mendengarkan dengan teliti.
Popular Posts
IQ Rendah itu Bodoh? Jangan Salah! Inilah 9 Tipe Kecerdasan Manusia Yang Perlu Kamu Tahu
- Get link
- X
- Other Apps
Jangan Sampai Salah! Inilah 4 Fakta Dasar Tipe Kepribadian MBTI yang Wajib Kamu Pahami
- Get link
- X
- Other Apps
Comments
Post a Comment